Dinas Perhubungan Provinsi NTB

LEADER VERSUS FOLLOWER

Oleh : Bayu Windia/ Ketua Badan Pelaksana Majelis Adat Sasak.

Ketika “ibu segala perang,”  Brata Yudha, hampir pecah, sebagaimana diceritakan dalam epos Mahabrata, terdapat satu penggalan adegan yang menarik. Yakni, adegan ketika 2 panglima perang dari pihak yang akan berhadap2an, yaitu, Arjuna dari pihak Pandawa dan Duryodana dari pihak Kurawa, berusaha memperebutkan dukungan. Keduanya berusaha mendapat dukungan Shri Khrisna. Duryodana tiba duluan. Dijumpainya Shri Krisna sedang tidur.  Tak berani mengganggu tidur sang Krisna, jelmaan dewa, lalu Duryodana mengambil posisi berdiri di dekat kepala Krisna, menanti Krisna terjaga. Menyusul datang Arjuna. Krisna masih juga tertidur, lalu menunggu pada posisi kaki Krisna. Tak lama kemudian, Krisna terbangun. Melihat gelagat seperti itu, Krisna langsung menebak apa yang bakal terjadi. Dua orang ini datang padaku, bersamaan pula, pasti akan meminta dukunganku, fikir Krisna. Lalu berujar Krisna kepada keduanya : Wahai para pangeran, apa yang membuat kalian datang bersamaan kepadaku, Krisna pura2 bertanya.

Duryodana menjawab, peperangan tinggal menghitung hari. Aku kemari untuk meminta dukunganmu, kata Duryodana.  Hampir sama pula dengan jawaban yang diutarakan Arjuna. Baiklah, kata Krisna. Aku akan mendengar permintaan kalian berdua, secara bergiliran. Aku akan memberikan kesempatan pertama kepada Arjuna, karena ialah yang aku lihat lebih dahulu setelah baru saja aku terbangun dari tidurku. Pangeran Duryodana tidak setuju. Pertengkaran berlanjut.  Sejenak Krisna terdiam, lalu menyambung kata2nya : sewaktu aku terbangun, yang kulihat terlebih dahulu adalah Arjuna, maka akan kuberikan Arjuna yang lebih dahulu memilih. Pertengkaran dihadapan Krisna tak terelakkan. Sebelum pertengkaran  berkepanjangan, Krisna menyuruh mereka untuk diam. Dengarkan aku, katanya. Aku ini, adalah seorang raja yang menguasai 100.000 prajurit, sepertiga diantaranya, adalah prajurit sangat terlatih. Sebanyak kali peperangan diikutinya, sebanyak itu pasukanku menang. Tak pernah kalah perang. Tapi ketahuilah, semua kekuatan prajuritku itu, kalkulasi militernya, sama dengan aku seorang. Jadi, boleh kalian pilih, diantara memilih semua prajuritku atau memilih aku seorang. Arjuna ajukan pilihanmu. Lalu dengan tanpa ragu, Arjuna memilih untuk didampingi oleh Krisna seorang, bukan memilih 100.000 prajurit. Duryodana tak bisa menahan kegirangannya. Dasar bodoh kau Arjuna, kau telah salah memilih,  begitu kata hati Duryodana. Dan aku yang diberi kesempatan memilih belakangan, telah sangat beruntung.

Apa yang terjadi selanjutnya? Ketika perang Bratayudha berlangsung, Krisna mengambil posisi sebagai kusir kereta perang Arjuna. Tentu saja, strategi perang paling jitu, dimiliki oleh pihak pandawa. Begitupun, ketika mental pasukan Pandawa sedang jatuh, berbagai taktik dan siasat diberikan oleh Krisna. Seperti diketahui, akhir dari perang Bratayudha dimenangkan oleh Pandawa dibawah panglima perang Arjuna. Apa yang bisa dipetik dari kisah ini? Betapa management (baca: strategi, siasat dan taktik) lebih unggul daripada jumlah prajurit yang banyak. Leadership dan management yang kuat lebih diperlukan daripada jumlah team sukses yang banyak tapi tidak rapi. Rebut dukungan pemimpin, bukan prajurit. Selamat bertarung sehat dalam pilkada.

0 Comments

There are no comments yet

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *